Ceramah di Lemhannas RI, Menteri Pertanian: Bicara Pertanian adalah Bicara tentang Kehidupan Bangsa

Berita & Artikel Jumat, 24 Juni 2022, 08:03

Kekuatan pertanian itu sangat besar bagi bangsa ini, kata Menteri Pertanian Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.H. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian saat memberikan ceramah kepada Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 Lemhannas RI dengan topik Tantangan Kemandirian Sektor Pertanian dalam Menghadapi Globalisasi. Dilaksanakan secara tatap muka, kegiatan tersebut bertempat di Ruang NKRI, Gedung Pancagatra Lemhannas RI, pada Jumat, 24 Juni 2022.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertanian menyampaikan data BPS yang menunjukkan bahwa pada saat pandemi Covid-19, di saat berbagai sektor pertumbuhannya negatif, pertumbuhan PDB pada data Lapangan Usaha Triwulan-II Tahun 2020 sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan positif sebanyak 16,24. Nilai ekspor pertanian periode Januari 2019 sampai Desember 2021 juga terus mengalami kenaikan. Sejalan dengan hal tersebut, Nilai Tukar Petani (NTP) Februari 2022 sebesar 108,83 mengalami kenaikan pada Maret 2022 menjadi 109,29 atau sebanyak 0,42%. NilaiTukar Usaha Petani (NTUP) yang pada Februari 2022 sebesar 108,53, juga mengalami kenaikan sebanyak 0,67%, sehingga pada Maret 2022 menjadi 109,25.

Menyoroti hal tersebut, Menteri Pertanian memandang bahwa bicara pertanian adalah bicara tentang kehidupan bangsa. Bahkan dewasa kini, bicara tentang pertanian dapat berkembang menjadi cara menghadirkan ekonomi hijau yang menjadi tuntutan dunia dan menjadi salah satu isu strategis kajian Lemhannas RI. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia adalah menjaga pertanian agar makin akselerasi, produktif, dan bisa menjadi bagian yang memperkuat ekonomi bangsa.

Kita menghadapi masalah yang tidak sedikit, kata Menteri Pertanian. Dalam menghadapi masalah tersebut, menurut Menteri Pertanian, Indonesia harus bisa melihat hal-hal yang dapat menjadi strategi dalam menghadapi krisis pangan dunia. Strategi pertama adalah peningkatan produksi pangan seperti cabai, bawang merah, gula tebu, dan non tebu. Selanjutnya strategi kedua, yaitu dengan pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, sagu, domba/kambing, dan itik. Kemudian strategi ketiga, yakni meningkatkan nilai tambah dan daya saing ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.

Menteri Pertanian memandang bahwa kedepannya bicara pertanian tidak hanya dengan pendekatan klasik. Pertanian juga membutuhkan sains, riset, dan teknologi. Namun, tidak hanya hal tersebut, dalam mengelola pertanian juga dibutuhkan pemimpin yang mau berusaha dengan kuat mensinergikan rakyat untuk mengambil bagian dalam bidang pertanian. Mencermati hal tersebut, Menteri Pertanian berpendapat bahwa para Peserta PPRA 63 Lemhannas RI memiliki peranan yang besar karena para Peserta PPRA 63 Lemhannas RI merupakan kader pimpinan tingkat nasional.


Tag