Seluruh Peserta PPRA 66 dan PPRA 67 Mengikuti Kuliah Umum dari Yayasan Pembela Tanah Air
Berita & Artikel Selasa, 30 Juli 2024, 03:36
Dalam perjalanan hampir 79 tahun merdeka, tantangan kita masih sama, yakni belum merdeka dari ketergantungan, kata Dewan Pengawas Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) Bambang Soesatyo. Hal tersebut disampaikan saat memberikan pengantar dalam kuliah umum Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) kepada peserta PPRA 66 dan 67 Lemhannas RI bertempat di Auditorium Gadjah Mada pada Selasa (30/7).
Lebih lanjut, Dewan Pengawas Yapeta yang juga merupakan Ketua MPR tersebut menjelaskan bahwa Indonesia masih mengalami ketergantungan terhadap impor dalam beberapa hal. Di antaranya adalah impor beras, daging, susu, dan kebutuhan lainnya. Padahal Indonesia merupakan negara agraris. Artinya ada yang salah dalam pengelolaan kita. Nah ini adalah tantangan, ternyata masih banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan bersama, ujar Dewan Pengawas Yapeta.
Menurut Dewan Pengawas Yapeta, tantangan lainnya yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kebodohan dan kemiskinan. Oleh karena itu, Dewan Pengawas Yapeta menekankan kepada para peserta PPRA 66 dan PPRA 67 untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan untuk menyejahterakan rakyat. Saudara-saudara adalah pemimpin dalam bidang masing-masing, gunakanlah pengetahuan yang akan dicapai untuk menyejahterakan rakyat, tutur Dewan Pengawas Yapeta.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) Tinton Soeprapto menyampaikan peran dan kontribusi PETA yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya TNI.
Tahun 1943 merupakan awal berdirinya PETA. Dalam proses kemerdekaan, PETA berperan aktif dalam berbagai pertempuran. Puncaknya terjadi di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Pada saat itu, kompi PETA setempat berhasil menurunkan bendera Jepang dan mengibarkan Sang Merah Putih. Hal tersebut menandakan bahwa Rengasdengklok merupakan daerah Indonesia merdeka yang pertama.
Lebih lanjut, pada 17 Agustus 1945, PETA juga berperan mengawal jalannya Proklamasi sehingga Bung Karno dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, tentara PETA sebagai sayap militer dari gerakan kebangsaan berhasil menyelesaikan amanat merintis dan mengawal Proklamasi Kemerdekaan. Pada tanggal 19 Agustus 1945 atau dua hari setelah proklamasi kemerdekaan, tentara PETA dibubarkan oleh Jepang. Kemudian Ex-Tentara PETA membentuk BKR dan melalui Keppres No. 63/1993 dinyatakan bahwa BKR adalah Cikal Bakal TNI. (NA/CHP)