Lemhannas RI Selenggarakan FGD Prediksi Konflik Rusia-Ukraina Semester II Tahun 2023
Berita & Artikel Kamis, 10 Agustus 2023, 05:41
Lemhannas RI melalui Direktorat Pengkajian Ideologi Dan Politik Kedeputian Bidang Pengkajian Strategik menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan judul Prediksi Konflik Rusia-Ukraina Semester II Tahun 2023 pada Kamis (10/8), di Ruang Kresna, Gedung Astagatra Lantai 4, Lemhannas RI.
Dalam laporannya, Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. menyampaikan FGD tersebut dilaksanakan dalam rangka menyusun rekomendasi kebijakan terkait proyeksi konflik Rusia-Ukraina dalam semester II tahun 2023, baik skenario terbaik, moderat, dan terburuk dalam berbagai perspektif.
Sementara itu, Wakil Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah dalam sambutannya menyampaikan, konflik Rusia dan Ukraina masih menunjukkan eskalasi dari jumlah serangan militer dan kebijakan politik. Aktivitas dukungan pertahanan keamanan dari Amerika Serikat-NATO kepada Ukraina diantaranya diwujudkan dalam beberapa bentuk, yakni penempatan pasukan NATO di Estonia, Latvia, Lithuania dan Polandia, lalu penempatan sejumlah fasilitas deterrence serta penggunaan cluster bomb kepada Rusia yang sangat kontroversial. Konflik yang terjadi juga berimbas pada sisi perekonomian bagi kedua negara. Penurunan produksi dalam negeri, inflasi dan defisit perdagangan diderita oleh Ukraina.
Perekonomian Rusia juga mendapat imbas pasca konflik dengan Ukraina. Beberapa imbas dari sisi perekonomian Rusia diantaranya, yakni pemutusan Bank Rusia dari sistem swift, pelarangan investasi dan operasi finansial di beberapa daerah, pembatasan ekspor barang dan teknologi serta keluarnya ratusan perusahaan asing dari Rusia.
Dari sejumlah dinamika konflik Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan de-eskalasi tersebut, Lemhannas RI masih memandang perlu mengkaji proyeksi konflik pada semester II tahun 2023. Hal ini diperlukan sebagai upaya awal dalam menghadapi berbagai potensi risiko global dan nasional yang mungkin akan dihadapi Indonesia, kata Mohamad Sabrar Fadhilah.
Acara yang dimoderatori oleh Tenaga Profesional Bidang Politik Lemhannas RI Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti tersebut menghadirkan Sekretaris Direktorat Jenderal Kementerian Pertahanan RI Brigjen TNI Oktaheroe Ramsi menyampaikan tiga skenario konflik Rusia-Ukraina. Pertama adalah skenario terbaik. Melihat kondisi stagnasi yang terjadi pada perang Rusia-Ukraina saat ini, maka skenario terbaik yang diharapkan adalah kedua pihak bersedia melakukan gencatan senjata untuk menghindari terjadinya dampak yang lebih luas termasuk dampak ekonomi dan kemanusiaan,
Kedua adalah skenario moderat yang dapat diusulkan dalam konflik Rusia-Ukraina saat ini adalah melalui penyelesaian diplomasi perundingan dengan jalan damai yang dimediasi oleh pihak ketiga yang netral dan berdasarkan persetujuan kedua negara yang berkonflik, yakni Rusia dan Ukraina.
Ketiga adalah skenario terburuk yang mungkin terjadi jika Rusia dan Ukraina tetap bersikeras melanjutkan pertempuran, maka perang dapat menjadi lebih luas dan tidak menutup kemungkinan akan melibatkan berbagai negara yang membantu kedua belah pihak dan kemungkinan akan terjadi perang nuklir yang bisa memporak porandakan perdamaian dan keamanan pada tatanan global.
Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan Indonesia terkait proyeksi eskalasi konflik Rusia dan Ukraina. Pertama adalah membangun sistem pertahanan yang bersifat smart defence yang menitikberatkan pada kemampuan dan keunggulan diplomasi sebagai ujung tombak pencapaian tujuan dan kepentingan nasional.
Kedua adalah melakukan transformasi pertahanan melalui penataan organisasi termasuk postur pertahanan, modernisasi alpalhankam TNI dan peningkatan kualitas SDM pertahanan. Ketiga adalah peningkatan dukungan anggaran pertahanan dari 0.8% menjadi diatas 1.5% dari produk domestik bruto (PDB).
Adapun beberapa narasumber lain yang hadir, yakni Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri RI Bapak Winardi Hanafi Lucky, Direktur G Badan Intelijen Strategis TNI Laksma TNI Ibnu Anas, dan Associate Professor Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI Bapak Makmur Keliat, Ph.D. (SP/BIA)