pada Rabu (19/7)di Ruang Kresna, Lantai IV Gedung Astagatra, Lemhannas RI.

" /> pada Rabu (19/7)di Ruang Kresna, Lantai IV Gedung Astagatra, Lemhannas RI.

"> pada Rabu (19/7)di Ruang Kresna, Lantai IV Gedung Astagatra, Lemhannas RI.

">

Lemhannas RI Diskusikan Optimalisasi Pembangunan Konektivitas Antar Pulau

Berita & Artikel Rabu, 19 Juli 2017, 03:31

Dalam sambutannya, Agus Widjojo menyampaikan bahwa Lemhannas RI sebelumnya telah melakukan studi literatur, kepustakaan dan Focus Group Discussion dengan menghadirkan pakar-pakar yang terkait dengan tema RTD ini. Dari studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa saat ini Indonesia dihadapkan pada lingkungan global yang dinamis dengan turbulensi tinggi.

Selain itu, Agus Widjojo juga menyampaikan bahwa daya saing Indonesia di ASEAN relatif masih rendah yaitu pada peringkat lima. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah permasalahan konektivitas antar pulau di Indonesia.

Sementara itu Prof. Miyasto yang merupakan Ketua Tim Kajian kali ini mengungkapkan bahwa ada beberapa hal strategis yang dihasilkan dari berbagai kajian sebelumnya yang menyebut Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat strategis karena menjadi jalur lalu lintas ekonomi dunia, namun di sisi lain Indonesia memiliki kesulitan sebagai negara kepulauan karena minimnya konektivitas antarpulau.

Bentuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan ini, lanjut Prof. Miyasto, dapat menjadi sebuah peluang dan juga sebuah ancaman. Oleh karenanya, Indonesia harus dapat memanfaatkan posisi strategis tersebut untuk mencapai tujuan nasional. Permasalahan yang saat ini dihadapi seperti pengangguran, ketimpangan sosial, menurunnya nilai-nilai kebangsaan dalam hal toleransi dan solidaritas, rentannya ketahanan pangan dan energi, pelayanan birokrasi yang masih belum maksimal, masalah struktur ekonomi yang buruk serta beberapa masalah sumber daya manusia lainnya, juga memiliki korelasi akibat kurangnya konektivitas antar pulau.

Dalam RTD yang diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul karena kurangan konektivitas antar pulau,Deputi Bidang Koordinasi Sumber daya Alam dan Jasa, Kemenko Bidang Maritim Ir. Agung Kuswandono, M.A. sebagai salah satu narasumber menyatakan Kemenko Bidang Maritim telah membentuk Indonesian Ocean Policy yang terdiri dari 7 pilar yang nantinya akan mendukung Indonesia menjadi poros maritim dunia.

Dengan demikian, Indonesia harus memulai penciptaan konektivitas yang dapat menghubungkan 17 ribu pulau di Indonesia. Salah satu yang saat ini telah direncanakan dan sedang dilakukan oleh Kemenko Bidang Maritim adalah pembangunan 19 pelabuhan, 15 bandara baru dan pembangunan 25 bandara di jalur terluar Indonesia untuk membuka wilayah yang terisolir. Sampai saat ini, lanjut Agung, dua bandara di daerah Toba dan Karimun Jawa yang sudah dapat beroperasi.Selain itu, direncanakan pula program Tol Laut menghubungkan seluruh pulau di Indonesia sehingga turut mampu menghadirkan peran negara di seluruh wilayah Indonesia.

Terkait Proyek Strategis Nasional, saat ini, telah disusun 243 proyek dan dua program seperti wisata bahari, pemberdayaan pulau kecil, dan beberapa proyek lainnya. Senadadengan Agung Kuswandono, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Bidang Perekonomian wahyu Utomo memiliki pendapat tak jauh berbeda, Wahyu menyampaikan saat ini Indonesia telah bergabung dengan One Belt One Road dan juga pembangunan Tol Laut untuk mendukung optimalisasi konektivitas antar pulau.

Selain itu, Wahyu Utomo juga menjelaskan bahwa untuk mencapai konektivitas antar pulau perlu didukung dengan adanya pusat-pusat ekonomi di daerah sehingga pengembangan kawasan melalui pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.Pengembangan Kawasan adalah salah satu kunci dalam membangun ekonomi daerah agar tercipta pusat ekonomi di daerah, jelas Wahyu Utomo.Namun di sisi lain, pembangunan infrastruktur juga masih menghadapi kendala seperti pembebasan lahan, tata ruang, dan pendanaan.

Sementara Deputi Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Program Prioritas nasional Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Ph.d selaku narasumber ketiga menyebutkan bahwa pembangunan saat ini masih terpusat di jawa, begitu pula dengan pusat perekonomian. Maka dari itu, Java Sentris harus diubah menjadi Indonesia Sentris.

Sedangkan narasumber ke empat Direktur Pengembangan Komersial dan Bisnis, Pelindo II Saptono R. Irianto mengatakan bahwa konektivitas antar pulau juga terkendala dengan adanya logistic cost yang tinggi. Maka dari itu, Cargo cost harus diturunkan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu soft infrstructure dan hard infrastructure.

Soft infrastructure plan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perbaikan link operation di pelabuhan, perbaikan service dengan layanan 24 jam selama 7 hari penuh.Sedangkan hard infrastructure plan yaitu dengan cara mengganti alat-alat lama yang tidak efisien menjadi lebih efisien, perbaikan fasilitas untuk menangani alat dermaga baru, penempatan konfigurasi layout pelabuhan agar lebih efisien, serta pembangunan pelabuhan baru.

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dari empat penanggap ini dihadiri pula oleh Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., Mayjen TNI A. Hafil Fuddin, S.H., S.I.P., M.H. selaku moderator, para Pejabat Struktural Lemhannas RI, serta Para Tenaga Ahli dan Profesional Lemhannas RI.


Tag

Berita Lainnya