Gubernur Lemhannas RI: Rumus Pertahanan Bung Karno Berpegang pada Prinsip Pertahanan Semesta dan Pertahanan Rakyat

Berita & Artikel Kamis, 24 Februari 2022, 07:19

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Andi Widjajanto, menjadi narasumber pada Round Table Discussion (RTD) ke-2 Program Doktoral Universitas Pertahanan (Unhan) untuk mahasiswa Hasto Kristiyanto. RTD tersebut mengangkat judul Diskursus Pemikiran Geopolitik Sukarno dan Relevansinya dalam Pertahanan Negara dan dilaksanakan secara virtual pada Kamis (24/02).

Pada dasarnya doktrin pertahanan yang dirumuskan oleh Bung Karno itu tetap berpegang kepada prinsip pertahanan semesta dan prinsip pertahanan rakyat. kata Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, dua terminologi tersebut merupakan terminologi yang cenderung tidak berubah dari tahun 1945 sampai saat ini, mungkin hanya terjadi penamaan yang berbeda-beda.

Lebih lanjut, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa pada masa pemerintahan Sukarno, evolusi operasi TNI dapat dikaji dalam tiga momentum politik Indonesia, yaitu masa Perang Kemerdekaan (1945-1949), periode Demokrasi Parlementer (1950-1959), dan rezim Demokrasi Terpimpin (1960-1965). Gubernur Lemhannas RI berpendapat, secara umum, operasi militer pada periode tersebut didominasi oleh perjuangan menghadapi agresi dan pemberontakan serta separatisme.

Masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan antikolonialisme di berbagai negara juga sangat memengaruhi pemikiran geopolitik Sukarno. Menyoroti hal tersebut, Gubernur Lemhannas RI berpendapat bahwa pemikiran geopolitik pada masa pemerintahan Sukarno bahkan menjadi jawaban atas konflik perang dingin AS dan Uni Soviet.

Namun, jika melihat postur pertahanan, pengadaan alutsista Indonesia pada masa Sukarno didominasi oleh impor dari Uni Soviet. Pengadaan alutsista yang sangat masif pada masa Sukarno menghasilkan Indonesia disebut sebagai Macan Asia. Dalam periode tersebut, dua sistem senjata yang paling banyak diakuisisi adalah kapal perang dan pesawat tempur. Hal tersebut sesuai dengan kondisi geopolitik dimana ada kebutuhan bagi Indonesia untuk mempertahankan wilayah yang merupakan negara kepulauan.

Saya enggan menyebut bahwa Indonesia berada dalam posisi strategis karena ada di antara dua samudra dan dua benua seperti yang sering disampaikan. Saya cenderung mengatakan letaknya menyebabkan Indonesia memiliki kerawanan strategis selama Indonesia belum bisa melakukan proyeksi kekuatan untuk melindungi letak itu, ujar Gubernur Lemhannas RI menyampaikan tantangan geopolitik kontemporer.

Menurut Gubernur Lemhannas RI, selama skuadron tempur Indonesia masih kurang, maka kerawanan strategis Indonesia akan tinggi. Itu sebetulnya buat saya yang di-warning oleh Bung Karno dengan pemikiran geopolitik yang antara lain melahirkan Lemhannas RI ini, tutur Gubernur Lemhannas RI. Terlebih lagi salah satu ciri geopolitik saat ini adalah politik cenderung tidak bisa lagi dikatakan memiliki batas. Apa yang terjadi di satu titik di dunia itu akan langsung pengaruhnya ke Indonesia, tutur Gubernur Lemhannas RI.

Salah satunya dapat terlihat dari dampak konflik Rusia dan Ukraina. Konflik tersebut cenderung akan berdampak pada Indonesia dengan peningkatan harga komoditas energi. Seperti diketahui Indonesia mengimpor minyak mentah dari Ukraina dan sebagian pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar minyak. Oleh karena itu, konflik tersebut dikhawatirkan akan membuat peningkatan harga minyak mentah yang akan diikuti laju harga listrik. (NA/CHP)


Tag

Berita Lainnya