Sinergi dan Kolaborasi Pemimpin di Era Digital 4.0.

Berita & Artikel Senin, 3 Desember 2018, 06:32

Pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) no 17 Tahun 2018 menyelenggarakan program penguatan kapasitas pemimpin Making Indonesia 4.0 untuk mencetak pemimpin Indonesia yang mampu berkolaborasi dan bersinergi menghadapi revolusi industri 4.0. Program yang telah berjalan selama 6 bulan ini ditutup dengan menggelar sesi 3 eksplorasi Theory U, Senin (3/12) di Hotel Bidakara. Program kolaborasi yang diselenggarakan oleh Kemenko Maritim, Kemenristek Dikti, Lemhannas RI, dan lembaga United in Diversity (UID) ini dihadiri oleh berbagai perwakilan institusi pemerintah pusat dan daerah, serta perguruan tinggi dan swasta.

Menurut Menko Maritim Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dalam sambutannya,Sekarang iniujungnya adalah leadership, padaketauladanan. Kalau pemimpin tanpaketeladanan tidak bisa, dan keteladanan tanpakepemimpinan tidak bisa apa-apa. Program ini bertujuan untuk mengubah pola pikir (mindset) para pemimpin Indonesia untuk lebih terbuka terhadap perbedaan dan tantangan di masa depan.

Menristek Dikti Prof. Mohamad Nasir juga menguatkan bahwa diperlukan inovasi dan kreativitas dalam mengoptimalkan bonus demografi yang dihadapi Indonesia. Jangan hanya kita berpikirclose mind, close heart, close willling, tapi justruopen heart, openmind, open willing, ungkapnya. Untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik, segenap aparat pemerintah dan elemen masyarakat harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dengan memanfaatkan sistem siber dan virtual reality yang semakin berkembang.

Sementara itu, Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang berkesempatan menutup acara ini menegaskan dua bagian penting Theory U menjadi topik sentral dalam program ini. Pertama adalah terkait kebijakan teknis menghadapi era 4.0 dan kesiapan human capital atau sumber daya manusia Indonesia. Menurut Agus Widjojo, diperlukan rumusan kebijakan yang berkualitas untuk menciptakan sistem dan struktur yang mumpuni serta human capital terutama kepemimpinan yang menjadi penggerakan dalam perubahan ini.

Yang terjadi di Indonesia kondisinya berlawasan dari Theory U yangopen mind, open heart,danopen will. Maka dari itu, hakikatnya program pembangunan kapasitas ini adalah bagian dari revolusi mental yang pertamanya adalah mengubah diri sendiri, lalu menularkannya ke lingkungan, jelas Agus Widjojo.

Theory U sendiri, adalah teori yang dipopulerkan oleh Prof. C Otto Scharmer dari Massachussets Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Seperti dikutip dari ringkasan materinya, teori ini didasarkan pada konsep precensing, gabungan antara kata presence (kehadiran) dan sensing (perasaan), yaitu seseorang/suatu kelompok memiliki perhatian yang tinggi, yang memungkinkan suatu pergeseran inner place. Saat pergeseran tersebut terjadi, orang-orang akan mulai bertindak dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang mereka ingin untuk terjadi di masa depan. Kemampuan untuk memfasilitasi pergeseran tersebutlah yang menurut Scharmer adalah esensi kepemimpinan masa kini.


Tag