Perlu diketahui bersama, CGSI merupakan lembaga penelitian yang didirikan oleh Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si yang merupakan mantan Gubernur Lemhannas RI. Dalam sambutannya, dirinya menyampaikan bahwa penandatangan nota kesepahaman tersebut dibentuk sebagai pengakuan atas berdirinya suatu lembaga negara yang independen, yang diharapkan nanti bisa bersinergi dengan Lemhannas RI.
Sehingga geopolitik dan geostrategi ini sekarang isunya begitu sangat memiliki perubahan-perubahan yang harus di administrasi dengan suatu kebijakan juga terhadap negara Indonesia, ujar Prof. Dr. Ermaya.
Prof. Dr. Ermaya turut menyampaikan rasa bangganya kepada Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto yang telah memberikan dukungan pada program yang dijalankan oleh CGSI sehingga dapat menghasilkan suatu kajian aktual dan bisa memberikan saran dan rekomendasi terhadap isu yang sedang berkembang.
Sementara itu, Andi Widjajanto yang bertindak sebagai pembicara kunci, menyampaikan bahwa ketika Lemhannas RI dibentuk oleh Presiden Soekarno, mandat utamanya adalah sebagai sekolah geopolitik. Kemudian, mandat tersebut ditekankan kembali oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo agar Lemhannas RI semakin memperkuat kajian geopolitik.
Presiden Joko Widodo pernah mengarahkan agar Lemhannas RI untuk membuat kajian yang lebih tegas dan lebih dalam tentang geopolitik. Kira-kira arahannya adalah coba dipikirkan apa yang bisa Indonesia lakukan ketika aktor-aktor global itu memiliki kepentingan-kepentingan spesifik ke Indonesia dan kawasan kita, kata Andi Widjajanto.
Atas arahan Presiden tersebut, Andi Widjajanto berdiskusi dengan pejabat dan jajaran Lemhannas RI untuk menyiapkan geopolitik baru, seperti tujuan Amerika Serikat dan China di kawasan ASEAN beserta hal-hal yang perlu diantisipasi. Kemudian, Lemhannas RI juga mempelajari isu-isu yang jadi kepentingan global, seperti climate change, transisi energi, cyber, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Andi Widjajanto menyampaikan bahwa Lemhannas RI membungkus kata geopolitik dengan kata wawasan nusantara yang artinya cara Indonesia memandang dunia. Tugas saya di Lemhannas RI mempelajari geopolitik lalu menawarkan wawasan nusantaranya bagaimana cara Indonesia memandang dunia, ujar Andi Widjajanto.
Andi Widjajanto berharap bahwa kerja sama antara Lemhannas RI dengan CGSI untuk menjadikan studi geopolitik dapat menawarkan suatu kebijakan strategis operasional yang memperkuat wawasan nusantara bangsa Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Inisiator dan Dewan Pembina CGSI Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si dan Dekan FISIP Universitas Indonesia Pakar Geopolitik & Antropologi Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto. (SP/BIA)
" />
Perlu diketahui bersama, CGSI merupakan lembaga penelitian yang didirikan oleh Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si yang merupakan mantan Gubernur Lemhannas RI. Dalam sambutannya, dirinya menyampaikan bahwa penandatangan nota kesepahaman tersebut dibentuk sebagai pengakuan atas berdirinya suatu lembaga negara yang independen, yang diharapkan nanti bisa bersinergi dengan Lemhannas RI.
Sehingga geopolitik dan geostrategi ini sekarang isunya begitu sangat memiliki perubahan-perubahan yang harus di administrasi dengan suatu kebijakan juga terhadap negara Indonesia, ujar Prof. Dr. Ermaya.
Prof. Dr. Ermaya turut menyampaikan rasa bangganya kepada Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto yang telah memberikan dukungan pada program yang dijalankan oleh CGSI sehingga dapat menghasilkan suatu kajian aktual dan bisa memberikan saran dan rekomendasi terhadap isu yang sedang berkembang.
Sementara itu, Andi Widjajanto yang bertindak sebagai pembicara kunci, menyampaikan bahwa ketika Lemhannas RI dibentuk oleh Presiden Soekarno, mandat utamanya adalah sebagai sekolah geopolitik. Kemudian, mandat tersebut ditekankan kembali oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo agar Lemhannas RI semakin memperkuat kajian geopolitik.
Presiden Joko Widodo pernah mengarahkan agar Lemhannas RI untuk membuat kajian yang lebih tegas dan lebih dalam tentang geopolitik. Kira-kira arahannya adalah coba dipikirkan apa yang bisa Indonesia lakukan ketika aktor-aktor global itu memiliki kepentingan-kepentingan spesifik ke Indonesia dan kawasan kita, kata Andi Widjajanto.
Atas arahan Presiden tersebut, Andi Widjajanto berdiskusi dengan pejabat dan jajaran Lemhannas RI untuk menyiapkan geopolitik baru, seperti tujuan Amerika Serikat dan China di kawasan ASEAN beserta hal-hal yang perlu diantisipasi. Kemudian, Lemhannas RI juga mempelajari isu-isu yang jadi kepentingan global, seperti climate change, transisi energi, cyber, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Andi Widjajanto menyampaikan bahwa Lemhannas RI membungkus kata geopolitik dengan kata wawasan nusantara yang artinya cara Indonesia memandang dunia. Tugas saya di Lemhannas RI mempelajari geopolitik lalu menawarkan wawasan nusantaranya bagaimana cara Indonesia memandang dunia, ujar Andi Widjajanto.
Andi Widjajanto berharap bahwa kerja sama antara Lemhannas RI dengan CGSI untuk menjadikan studi geopolitik dapat menawarkan suatu kebijakan strategis operasional yang memperkuat wawasan nusantara bangsa Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Inisiator dan Dewan Pembina CGSI Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si dan Dekan FISIP Universitas Indonesia Pakar Geopolitik & Antropologi Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto. (SP/BIA)
">
Perlu diketahui bersama, CGSI merupakan lembaga penelitian yang didirikan oleh Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si yang merupakan mantan Gubernur Lemhannas RI. Dalam sambutannya, dirinya menyampaikan bahwa penandatangan nota kesepahaman tersebut dibentuk sebagai pengakuan atas berdirinya suatu lembaga negara yang independen, yang diharapkan nanti bisa bersinergi dengan Lemhannas RI.
Sehingga geopolitik dan geostrategi ini sekarang isunya begitu sangat memiliki perubahan-perubahan yang harus di administrasi dengan suatu kebijakan juga terhadap negara Indonesia, ujar Prof. Dr. Ermaya.
Prof. Dr. Ermaya turut menyampaikan rasa bangganya kepada Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto yang telah memberikan dukungan pada program yang dijalankan oleh CGSI sehingga dapat menghasilkan suatu kajian aktual dan bisa memberikan saran dan rekomendasi terhadap isu yang sedang berkembang.
Sementara itu, Andi Widjajanto yang bertindak sebagai pembicara kunci, menyampaikan bahwa ketika Lemhannas RI dibentuk oleh Presiden Soekarno, mandat utamanya adalah sebagai sekolah geopolitik. Kemudian, mandat tersebut ditekankan kembali oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo agar Lemhannas RI semakin memperkuat kajian geopolitik.
Presiden Joko Widodo pernah mengarahkan agar Lemhannas RI untuk membuat kajian yang lebih tegas dan lebih dalam tentang geopolitik. Kira-kira arahannya adalah coba dipikirkan apa yang bisa Indonesia lakukan ketika aktor-aktor global itu memiliki kepentingan-kepentingan spesifik ke Indonesia dan kawasan kita, kata Andi Widjajanto.
Atas arahan Presiden tersebut, Andi Widjajanto berdiskusi dengan pejabat dan jajaran Lemhannas RI untuk menyiapkan geopolitik baru, seperti tujuan Amerika Serikat dan China di kawasan ASEAN beserta hal-hal yang perlu diantisipasi. Kemudian, Lemhannas RI juga mempelajari isu-isu yang jadi kepentingan global, seperti climate change, transisi energi, cyber, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Andi Widjajanto menyampaikan bahwa Lemhannas RI membungkus kata geopolitik dengan kata wawasan nusantara yang artinya cara Indonesia memandang dunia. Tugas saya di Lemhannas RI mempelajari geopolitik lalu menawarkan wawasan nusantaranya bagaimana cara Indonesia memandang dunia, ujar Andi Widjajanto.
Andi Widjajanto berharap bahwa kerja sama antara Lemhannas RI dengan CGSI untuk menjadikan studi geopolitik dapat menawarkan suatu kebijakan strategis operasional yang memperkuat wawasan nusantara bangsa Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Inisiator dan Dewan Pembina CGSI Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si dan Dekan FISIP Universitas Indonesia Pakar Geopolitik & Antropologi Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto. (SP/BIA)
">
Penandatanganan Nota Kesepahaman Dengan CGSI dalam Seminar Geopolitik dan Geostrategi "Indonesia RISE 2045"
Berita & ArtikelRabu, 9 Agustus 2023, 01:51
Lemhannas RI bersama Center for Geopolitics & Geostrategy Studies Indonesia (CGSI) melakukan penandatanganan nota kesepahaman pada Rabu (09/08), di Gedung Dwiwarna Purwa, Lemhannas RI.
Penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan di sela-sela waktu Seminar Geopolitik dan Geostrategi "Indonesia RISE 2045", terdiri dari beberapa ruang lingkup, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan, pengabdian kepada masyarakat, pertukaran tenaga ahli, dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, penyelenggaraan kegiatan dan kajian ilmiah, seminar dan lokakarya juga menjadi ruang lingkup yang telah disepakati oleh kedua instansi.
Perlu diketahui bersama, CGSI merupakan lembaga penelitian yang didirikan oleh Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si yang merupakan mantan Gubernur Lemhannas RI. Dalam sambutannya, dirinya menyampaikan bahwa penandatangan nota kesepahaman tersebut dibentuk sebagai pengakuan atas berdirinya suatu lembaga negara yang independen, yang diharapkan nanti bisa bersinergi dengan Lemhannas RI.
Sehingga geopolitik dan geostrategi ini sekarang isunya begitu sangat memiliki perubahan-perubahan yang harus di administrasi dengan suatu kebijakan juga terhadap negara Indonesia, ujar Prof. Dr. Ermaya.
Prof. Dr. Ermaya turut menyampaikan rasa bangganya kepada Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto yang telah memberikan dukungan pada program yang dijalankan oleh CGSI sehingga dapat menghasilkan suatu kajian aktual dan bisa memberikan saran dan rekomendasi terhadap isu yang sedang berkembang.
Sementara itu, Andi Widjajanto yang bertindak sebagai pembicara kunci, menyampaikan bahwa ketika Lemhannas RI dibentuk oleh Presiden Soekarno, mandat utamanya adalah sebagai sekolah geopolitik. Kemudian, mandat tersebut ditekankan kembali oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo agar Lemhannas RI semakin memperkuat kajian geopolitik.
Presiden Joko Widodo pernah mengarahkan agar Lemhannas RI untuk membuat kajian yang lebih tegas dan lebih dalam tentang geopolitik. Kira-kira arahannya adalah coba dipikirkan apa yang bisa Indonesia lakukan ketika aktor-aktor global itu memiliki kepentingan-kepentingan spesifik ke Indonesia dan kawasan kita, kata Andi Widjajanto.
Atas arahan Presiden tersebut, Andi Widjajanto berdiskusi dengan pejabat dan jajaran Lemhannas RI untuk menyiapkan geopolitik baru, seperti tujuan Amerika Serikat dan China di kawasan ASEAN beserta hal-hal yang perlu diantisipasi. Kemudian, Lemhannas RI juga mempelajari isu-isu yang jadi kepentingan global, seperti climate change, transisi energi, cyber, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Andi Widjajanto menyampaikan bahwa Lemhannas RI membungkus kata geopolitik dengan kata wawasan nusantara yang artinya cara Indonesia memandang dunia. Tugas saya di Lemhannas RI mempelajari geopolitik lalu menawarkan wawasan nusantaranya bagaimana cara Indonesia memandang dunia, ujar Andi Widjajanto.
Andi Widjajanto berharap bahwa kerja sama antara Lemhannas RI dengan CGSI untuk menjadikan studi geopolitik dapat menawarkan suatu kebijakan strategis operasional yang memperkuat wawasan nusantara bangsa Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Inisiator dan Dewan Pembina CGSI Prof. Dr. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.Si dan Dekan FISIP Universitas Indonesia Pakar Geopolitik & Antropologi Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto. (SP/BIA)