FGD Proyeksi Eskalasi Konflik Iran-Israel dan Pengaruhnya Bagi Indonesia
Berita & Artikel Selasa, 14 Mei 2024, 06:10
Deputi Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. memimpin Focus Group Discussion (FGD) yang berjudul Proyeksi Eskalasi Konflik Iran-Israel dan Pengaruhnya Bagi Indonesia pada Selasa (14/5), di Ruang Kresna, Gedung Astagatra Lantai 4.
Sebuah konflik proksi yang berkembang menjadi konflik langsung antara Iran dan Israel dimulai dengan serangan Israel pada kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024, yang menewaskan pejabat Iran. Iran kemudian menanggapi serangan tersebut dengan meluncurkan puluhan rudal ke wilayah Israel yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, meskipun sistem pertahanan udara Israel berhasil menangkalnya.
Sebagai tanggapan, Israel menembakkan rudal ke pangkalan angkatan udara Iran yang terletak di wilayah tengah Iran. Serangan langsung antara kedua negara telah berhenti saat serangan saling balas ini terjadi pada April 2024. Iran tidak akan melakukan serangan retaliasi dan tampaknya ada de-eskalasi saat ini. Namun, situasi rawan belum berakhir sehingga perlu kewaspadaan terhadap dinamika yang terjadi.
Seperti yang disampaikan Prof. Reni Mayerni dalam sambutannya, ketegangan dan potensi risiko masih sangat tinggi karena hal tersebut. Hal tersebut mengingat kedalaman dan kompleksitas konflik yang melibatkan aktor regional dan global.
Oleh karena itu, penting untuk menganalisis setiap kemungkinan perubahan dalam konflik tersebut dan dampaknya bagi keamanan regional dan global. Melalui FGD ini, kita berharap dapat mengidentifikasi dan memetakan berbagai risiko dan dampak yang timbul, serta menakar langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh Indonesia untuk menjaga stabilitas nasional dan mengamankan kepentingan nasional kita di tengah ketidakpastian global, kata Prof. Reni Mayerni.
FGD yang dimoderatori oleh Direktur Ideologi dan Politik Lemhannas RI Brigjen TNI Aloysius Nugroho Santoso, S.E., M.M. menghadirkan salah satu narasumber yaitu Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri RI Y. Jatmiko Heru Prasetyo.
Jatmiko Heru menyampaikan beberapa hal mengenai antisipasi dampak ekonomi dalam menyikapi konflik Iran dan Israel, diantaranya disrupsi pelayaran dunia akan meningkatkan biaya logistik dan mengganggu rantai pasok dimana sekitar 12% atau lebih dari USD 1 triliun perdagangan dunia melewati laut merah/Terusan Suez, blokade Selat Hormuz oleh Iran dapat menimbulkan krisis energi global dimana 21% perdagangan minyak dunia melalui Selat Hormuz, potensi terganggunya produksi minyak Iran yang saat ini mencapai 3 juta barel/hari, potensi penurunan nilai ekspor Indonesia ke Iran dan negara-negara di Timur Tengah akibat penurunan daya beli, tingkat konsumsi masyarakat dan competitiveness produk Indonesia di kawasan, pelemahan pasar instrument finansial, kontraksi bursa saham, dan antisipasi kebijakan untuk pengendalian laju inflasi.
Adapun antisipasi terhadap perlindungan WNI, yakni Kemlu RI telah menetapkan status siaga satu untuk wilayah Israel dan telah menaikkan status siaga dua untuk wilayah Iran, lalu Pemerintah Indonesia telah menyusun contingency plan termasuk evacuation plan WNI dan telah lakukan simulasi dengan seluruh perwakilan di kawasan (Tehran, Amman, Damaskus, Beirut, Kairo), kemudian Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan himbauan travel advisory bagi WNI untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran dan Israel jika tidak sangat mendesak, dan KBRI Tehran telah mengirimkan usulan perubahan status menjadi perwakilan rawan.
FGD tersebut juga menghadirkan beberapa narasumber lain, yaitu Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Yon Machmudi, Ph.D., Ketua Program Studi Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia Broto Wardoyo, Ph.D., Peneliti Senior Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan, Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Bidang Perekonomian RI Andriansyah, A.Si., M.Fin., Ph.D., dan Kepala Pusat Pengkajian Strategis Penelitian dan Pengembangan TNI Marsda TNI Jorry S. Koloay, S.I.P., M.Han. (SP/BIA)