Menko Marves: Green Leadership Kuat, Indonesia Menjadi Negara Hebat
Berita & Artikel Selasa, 20 Agustus 2024, 10:58
Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 66 Lemhannas RI resmi menggelar Seminar Nasional yang berjudul Akselerasi Transformasi Green Leadership bagi Generasi Muda guna Mewujudkan Indonesia Emas 2045 di Ruang Dwi Warna Purwa, Lemhannas RI, pada Selasa (19/8). Seminar tersebut diselenggarakan secara hybrid yang terbagi pada link zoom dan live streaming Youtube Lemhannas RI.
Prof. Dr. Hj. Zumrotul Mukaffa, M.Ag. selaku Ketua Seminar PPRA 66 mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya atas kolaborasi yang luar biasa pada seminar yang diselenggarakan. Seminar Nasional tersebut bukan hanya merupakan diskusi substansi green leadership generasi muda, melainkan bagian dari proses pendidikan PPRA 66 yang dilatih, dididik, dibina, dan dibimbing untuk dapat mengelola seminar dan mampu berkolaborasi dengan seluruh stakeholders untuk pengembangan green leadership di masa emas Indonesia tahun 2045.
Seminar nasional tersebut resmi dibuka oleh Plt. Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI Eko Margiyono. Dalam sambutannya, Eko Margiyono mengatakan bahwa seminar nasional merupakan salah satu indikator dari kemampuan para peserta dalam menyerap dan memahami berbagai materi selama mengikuti pendidikan di Lemhannas RI. Melalui seminar tersebut pula para peserta dapat menuangkan ilmu pengetahuannya untuk menyusun hasil seminar yang strategis dengan kemampuan berpikir secara komprehensif, integral, holistik dan sistemik.
Menghadapi Indonesia emas 2045, Eko Margiyono menegaskan hal tersebut perlu disikapi, dikaji, dan dipersiapkan melalui perencanaan strategis guna mencapai cita-cita tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mempersiapkan kaderisasi pemimpin masa depan yang akan ditentukan oleh generasi muda yang salah satunya melalui transformasi green leadership.
Saat ini, telah terjadi perubahan iklim yang dikenal sebagai krisis tiga planet atau triple planetary crisis yang terdiri dari krisis iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati (Biodiversity Loss). Menghadapi kondisi itu, maka pemangku kebijakan perlu melakukan pemetaan dan menentukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut.
Green leadership memiliki peran penting dalam proses pembangunan berkelanjutan yang juga menjadi agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sehingga setiap pemimpin negara di seluruh dunia dapat dengan cepat, tepat, dan proaktif dalam mengatasi berbagai tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi, ujar Eko Margiyono.
Dalam kegiatan seminar tersebut, Eko Margiyono berharap kepada peserta PPRA 66 untuk aktif dan berpikir kreatif agar dapat memberikan sebuah gagasan reflektif atas kondisi terkini dan dapat mengumpulkan pemikiran dan gagasan untuk menemukan solusi dari permasalahan terkait Akselerasi Transformasi Green Leadership bagi Generasi Muda guna Mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertindak sebagai keynote speaker dalam seminar tersebut. Dalam paparannya, Luhut Binsar mengatakan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara yang sangat baik di hampir semua lini. Salah satu yang sudah dilaksanakan adalah sistem digitalisasi, yakni E-Katalog. Hal tersebut menurut Luhut Binsar, dapat membangun ekosistem dan menciptakan efisiensi hingga mengurangi korupsi.
Luhut Binsar menyampaikan bahwa green leadership merupakan suatu hal yang penting. Indonesia diharapkan mampu memenuhi net zero carbon emission sebelum tahun 2060. Lebih lanjut, untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi sebelum tahun 2045, Luhut Binsar menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Selain itu, kinerja ekspor juga disebut Luhut Binsar harus ditingkatkan terutama ekspor manufaktur dan berteknologi tinggi. Pembangunan ke depan juga disebutkan harus diarahkan untuk mengantisipasi dan memanfaatkan tren global.
Dikatakan juga oleh Luhut Binsar bahwa pembangunan diprioritaskan untuk melanjutkan proses transformasi ekonomi yang telah berjalan. Di sektor kemaritiman, Luhut Binsar juga menyampaikan bahwa kontribusi industri maritim masih rendah walau potensinya besar. Anda sebagai orang Indonesia melihat potensi negaramu ini luar biasa, manage lah dengan luar biasa, tegas Luhut Binsar.
Tentang digitalisasi yang ditegaskan di awal, Luhut Binsar menyampaikan bahwa digitalisasi menjadi kunci untuk optimalisasi penerimaan dan peningkatan kualitas belanja negara dan kualitas layanan publik. Disamping itu, digitalisasi juga dapat dapat mendorong peningkatan negara (kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meningkat meski harga komoditas turun) dan mengurangi kesempatan korupsi.
Diakhir paparannya, Luhut Binsar menyampaikan Indonesia memiliki visi menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045. Untuk itu, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi 5 persen melalui investasi sebagai andalan dan berfokus pada investasi yang efisien, produktif, dan berorientasi ekspor.
Dengan leadership yang kuat, hal tersebut diyakini Luhut Binsar bisa dicapai. Banggalah jadi bangsa Indonesia. We are on the right track, dengan leadership yang kuat bertumpu pada green (leadership), Indonesia bisa menjadi negara yang hebat di waktu-waktu yang akan datang, pungkasnya.
Selanjutnya, paparan dilanjutkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno. Green leadership adalah sebuah keniscayaan (dan) transformasi menuju Indonesia emas 2045, kata Sandiaga Uno.
Green leadership menurut Sandiaga Uno merupakan konsep kepemimpinan yang fokus pada keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Disampaikan bahwa pemimpin yang mengadopsi prinsip-prinsip green leadership berusaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, baik dalam kebijakan organisasi maupun dalam praktik sehari-hari.
Mengenai pariwisata, Sandiaga Uno menyampaikan kontribusi pada emisi karbon secara global sekitar 8 persen. Jika masyarakat berwisata, terlihat 55 persen dihabiskan pada transport, baik udara, darat, laut. Sedangkan 35% mengacu kepada food loss and food waste. Hal yang paling mudah adalah mengurangi emisi karbon dari food (makanan). Untuk transportasi harus mencari dampak perubahan iklim (dan) mengurangi dengan green leadership, ujar Sandiaga Uno.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang telah menandatangani Glasgow Declaration mengenai net zero emission di sektor pariwisata. Di tahun 2035 sampai 2045 nanti, diharapkan Indonesia akan menjadi negara ASEAN pertama yang menyampaikan pariwisatanya tidak menyumbangkan emisi karbon, melainkan dapat membantu secara positif penyerapan karbon.
Mengakhiri paparannya, Sandiaga Uno mengajak masyarakat dan generasi muda dalam transformasi green leadership di industri pariwisata dengan cara konservasi energi yang ramah lingkungan, berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca melalui low carbon tourism, menjadi motor penggerak perubahan di destinasi wisata dan menjadi voluntourism.
Seminar nasional tersebut menghadirkan beberapa narasumber lainnya, yakni British Ambassador to Indonesia and Timor Leste Dominic Jermey CVO, OB, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Sudaryono B. ENG., M.M, M.B.A., Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Dr.Vivi Yulaswati, M.Sc., dan Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum., CSSL. (SP/MDF)