Menaker RI kepada Peserta Didik Lemhannas RI: Pemimpin Visioner Harus Memiliki Growth Mindset, Future Mindset, dan Innovation Mindset
Berita & Artikel Selasa, 3 Juni 2025, 11:00“Tantangan pemimpin adalah bagaimana menciptakan growth culture,” kata Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Prof. Yassierli, S.T., M.T., Ph.D. Hal tersebut disampaikan dalam Kuliah Umum Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia kepada peserta program Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan 25 dan Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan 68 bertempat di Auditorium Gadjah Mada pada Selasa (3/6). Dalam kesempatan tersebut, Menaker menyampaikan materi tentang “Kepemimpinan Visioner dalam Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas di Era Disrupsi Teknologi”.
Gubernur Lemhannas RI Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si. dalam kata pengantarnya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Menaker. Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa tema yang disampaikan Menaker menjadi hal yang penting untuk didalami karena merupakan bagian dari Asta Cita guna mendorong upaya penciptaan lapangan kerja. “Kita harus mengetahui kebijakan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya penciptaan lapangan kerja,” kata Gubernur Lemhannas RI.
Memulai paparannya, Menaker menyampaikan bahwa menciptakan lapangan kerja adalah kerja kolektif satu pemerintah. Posisi Kemenaker berada dihilir sehingga banyak terdampak dari kebijakan-kebijakan instansi lainnya. Dengan demikian, Kemenaker harus bisa menghadapi dan memitigasi dampak dari kebijakan-kebijakan tersebut.
Lebih lanjut, Menaker menyampaikan bahwa jika semua program kebijakan berjalan dengan baik, maka Indonesia akan menjadi negara besar. “Kita berharap ketika semua fokus-fokus pembangunan berjalan, maka Indonesia Emas 2045 tercapai,” ucap Menaker. Namun, dalam mencapai hal tersebut banyak tantangan-tantangan di depan mata yang harus dihadapi.
Menaker menyampaikan bahwa saat ini angkatan kerja berjumlah sebanyak 153 juta. Dalam mengelola kondisi tersebut, Menaker menghadapi beberapa tantangan, baik tantangan yang sudah terjadi saat ini, tantangan ke depan, maupun tantangan strategis. Tantangan yang sudah terjadi saat ini adalah angka pengangguran sebesar 4,67% dari total 216,79 juta jiwa usia kerja. Kondisi tersebut diperparah karena setiap tahun angka ini mengalami pertambahan. Kemudian tantangan selanjutnya adalah pendidikan angkatan kerja, yang 85% dari jumlah pengangguran berasal dari pendidikan lulusan SD, SMP, dan SMA. Menaker berharap dapat dilakukan rescaling dan upscaling sehingga dapat meningkatkan kemampuan angkatan kerja.
Tantangan selanjutnya adalah berkembangnya sektor informal di mana pekerja bekerja tanpa ikatan dan upah yang jelas dan mengikat, saat ini sektor informal sudah mencapai 60%. Tantangan lainnya adalah angka Human Capital Index Indonesia yang berada diangka 0,54 (di bawah rata-rata ASEAN sebesar 0,59); proporsi pekerja Indonesia yang memiliki kemampuan bidang digital hanya sebanyak 19% (negara maju dirata-rata 50-60%); dan proporsi lulusan pendidikan tinggi yang bekerja di industri prioritas hanya sebanyak 5,01%. Tantangan ke depan yang dihadapi adalah keberadaan kecerdasan buatan, perubahan teknologi yang cepat, persaingan globalisasi, dan ketidakpastian kondisi geopolitik.
Terkait tantangan strategis setidaknya terdapat 6 tantangan strategis. Pertama, dibutuhkan penguatan link and match dimana terjadinya pengangguran bukan karena tidak adanya lapangan pekerjaan, tetapi karena kompetensi dari angkatan kerja yang membutuhkan optimalisasi. Kedua, diperlukannya penyusunan regulasi ketenagakerjaan yang jelas. Ketiga, dibutuhkannya penegakan hukum atas regulasi yang sudah tersedia karena sering terjadinya pengabaian oleh pelaku industri. Keempat, pentingnya penerapan hubungan industrial Pancasila sehingga tidak terjadi perbedaan antara kubu pengusaha dan pekerja. Kelima, yakni pengembangan Labor Market Information System untuk mempermudah perluasan informasi. Keenam, yaitu reformasi birokrasi yang benar-benar dipraktikkan tidak hanya berdasarkan teori.
Atas tantangan tersebut, Menaker RI mengajak seluruh peserta pendidikan Lemhannas RI untuk menjadi pemimpin visioner yang harus mampu mengembangkan future-proof mindset. Menaker RI menekankan bahwa esensi yang harus dilakukan adalah pembangunan SDM.
Dibutuhkan tiga pola pikir untuk menjadi pemimpin yang visioner dengan mengembangkan future-proof mindset, yakni growth mindset; future mindset; dan innovation mindset. Growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui usaha dan pembelajaran berkelanjutan, tetapi pendidikan Indonesia menghadapi tantangan dimana tenaga pendidik masih didominasi fixed mindset. “Growth mindsetharus dikembangakan menjadi growth culture. Permasalahan kita adalah banyak genius culture, bukan growth culture. Sehingga lebih banyak bicara apa yang sudah dicapai,” ucap Menaker.
Selanjutnya adalah future mindset, yaitu kemampuan mengantisipasi perubahan dan mengambil keputusan berdasarkan proyeksi masa depan. Terkait future mindset, Menaker RI menekankan bahwa kecerdasan buatan tidak akan menggantikan manusia, tetapi manusia yang menggunakan kecerdasan buatan akan menggantikan manusia yang tidak menggunakannya. Kemudian terkait innovation mindset, berkaitan dengan keberanian mencoba hal baru, merancang solusi untuk tantangan, dan rasa tidak takut gagal.
Menyoroti hal tersebut, Menaker mengajak seluruh peserta pendidikan Lemhannas RI untuk mengintervensi melalui 4P, yakni people, product, process, dan policy dalam ranah yang dapat dilakukan masing-masing peserta. Menaker meyakini bahwa peserta pendidikan Lemhannas RI memiliki kemampuan dalam mendukung hal tersebut.
Menutup ceramahnya Menaker menekankan bahwa diperlukan edukasi kepada para pekerja bahwa produktivitas dimulai dari mindset dan culture. “Indonesia emas 2045 membutuhkan culture yang berbeda dengan culture yang kita miliki saat ini, butuh sebuah effort yang besar untuk mengubah kondisi itu,” kata Menaker. (NA/CHP)