Mengawali kuliah umumnya, Andi Widjajanto menyampaikan ketidakpastian yang membayangi dinamika global saat ini, seperti Perang Rusia-Ukraina, lonjakan harga pangan dan energi, inflasi, kenaikan suku bunga acuan bank sentral, dan peningkatan intensitas kontestasi geoekonomi yang mengancam proses pemulihan dan realisasi potensi pertumbuhan ekonomi global pasca Pandemi Covid-19.

Saat ini, dunia sedang melihat kompetisi hegemoni yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kompetisi tersebut tercermin salah satunya dari sektor ekonomi. Saat ini, Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat masih menjadi nomor satu di dunia. Tiongkok mengejar di peringkat kedua dengan laju pertumbuhan yang cukup masif. Kedua negara juga berlomba-lomba memperkuat pengaruhnya melalui berbagai institusi internasional.

Untuk mengatasi kompetisi hegemoni itu, semua negara harus mengandalkan identitasnya, harus mengandalkan kebangsaannya, ujar Andi Widjajanto. Ia mengatakan bahwa di Lemhannas RI, kebangsaan yang diandalkan adalah pancasila dan turut mendalami empat konsensus dasar, yakni pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Atas dasar tersebut, Lemhannas RI berusaha mencari tahu Posisi Indonesia di mata dunia jika memakai identitas pancasila. Posisi Indonesia dicari tahu dengan membandingkan indeks-indeks yang ada pada pancasila. Saat indeks-indeks pancasila tersebut dikaji, ditemukan bahwa indeks terbaik Indonesia ada di sila ke-4 tentang demokrasi. Sedangkan indeks terburuknya ada pada sila pertama karena dua variabel, yakni hambatan beragama dan kebencian sosial karena faktor agama yang tinggi.

Setelah sila pertama, masalah selanjutnya adalah tentang keadilan sosial. Pada sila ke-2 tentang indeks pembangunan manusia, skor Indonesia masih dibawah rata-rata global karena terpantau pada proyeksi lama sekolah. Lalu pada sila ke-3 tentang persatuan Indonesia, Indonesia sudah masuk dalam kategori rentan. Nilai agregat Indonesia berada di papan tengah dengan tujuh indikator yang lebih buruk dari rata-rata global.

Kelemahan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, sektor keamanan meliputi perangkat hankam dan disintegrasi. Kedua, sektor politik yang mencakup HAM dan rule of law serta faksionalisasi elite. yang ketiga adalah sektor pembangunan manusia yang melingkupi pemenuhan kebutuhan dasar, tekanan demografi, dan brain drain. Penangkalan risiko dan pembangunan di tiga sektor utama ini dinilai menjadi modalitas utama untuk menjaga stabilitas dan persatuan nasional.

Melihat posisi Indonesia di beberapa topik utama tersebut, diharapkan Indonesia akan menciptakan terobosan ke depan. Indonesia diyakini akan melompat signifikan jika bisa melakukan transformasi digital, transisi energi, dan membangun maritim.

Mengakhiri paparannya, Andi Widjajanto berharap kepada para peserta kuliah umum UMSU agar bisa meyakinkan para mahasiswa untuk menyiapkan banyak hal supaya Indonesia bisa melompat signifikan dari nomor 16 menjadi nomor 4 ekonomi dunia. (SP/BIA)

" />

Mengawali kuliah umumnya, Andi Widjajanto menyampaikan ketidakpastian yang membayangi dinamika global saat ini, seperti Perang Rusia-Ukraina, lonjakan harga pangan dan energi, inflasi, kenaikan suku bunga acuan bank sentral, dan peningkatan intensitas kontestasi geoekonomi yang mengancam proses pemulihan dan realisasi potensi pertumbuhan ekonomi global pasca Pandemi Covid-19.

Saat ini, dunia sedang melihat kompetisi hegemoni yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kompetisi tersebut tercermin salah satunya dari sektor ekonomi. Saat ini, Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat masih menjadi nomor satu di dunia. Tiongkok mengejar di peringkat kedua dengan laju pertumbuhan yang cukup masif. Kedua negara juga berlomba-lomba memperkuat pengaruhnya melalui berbagai institusi internasional.

Untuk mengatasi kompetisi hegemoni itu, semua negara harus mengandalkan identitasnya, harus mengandalkan kebangsaannya, ujar Andi Widjajanto. Ia mengatakan bahwa di Lemhannas RI, kebangsaan yang diandalkan adalah pancasila dan turut mendalami empat konsensus dasar, yakni pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Atas dasar tersebut, Lemhannas RI berusaha mencari tahu Posisi Indonesia di mata dunia jika memakai identitas pancasila. Posisi Indonesia dicari tahu dengan membandingkan indeks-indeks yang ada pada pancasila. Saat indeks-indeks pancasila tersebut dikaji, ditemukan bahwa indeks terbaik Indonesia ada di sila ke-4 tentang demokrasi. Sedangkan indeks terburuknya ada pada sila pertama karena dua variabel, yakni hambatan beragama dan kebencian sosial karena faktor agama yang tinggi.

Setelah sila pertama, masalah selanjutnya adalah tentang keadilan sosial. Pada sila ke-2 tentang indeks pembangunan manusia, skor Indonesia masih dibawah rata-rata global karena terpantau pada proyeksi lama sekolah. Lalu pada sila ke-3 tentang persatuan Indonesia, Indonesia sudah masuk dalam kategori rentan. Nilai agregat Indonesia berada di papan tengah dengan tujuh indikator yang lebih buruk dari rata-rata global.

Kelemahan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, sektor keamanan meliputi perangkat hankam dan disintegrasi. Kedua, sektor politik yang mencakup HAM dan rule of law serta faksionalisasi elite. yang ketiga adalah sektor pembangunan manusia yang melingkupi pemenuhan kebutuhan dasar, tekanan demografi, dan brain drain. Penangkalan risiko dan pembangunan di tiga sektor utama ini dinilai menjadi modalitas utama untuk menjaga stabilitas dan persatuan nasional.

Melihat posisi Indonesia di beberapa topik utama tersebut, diharapkan Indonesia akan menciptakan terobosan ke depan. Indonesia diyakini akan melompat signifikan jika bisa melakukan transformasi digital, transisi energi, dan membangun maritim.

Mengakhiri paparannya, Andi Widjajanto berharap kepada para peserta kuliah umum UMSU agar bisa meyakinkan para mahasiswa untuk menyiapkan banyak hal supaya Indonesia bisa melompat signifikan dari nomor 16 menjadi nomor 4 ekonomi dunia. (SP/BIA)

">

Mengawali kuliah umumnya, Andi Widjajanto menyampaikan ketidakpastian yang membayangi dinamika global saat ini, seperti Perang Rusia-Ukraina, lonjakan harga pangan dan energi, inflasi, kenaikan suku bunga acuan bank sentral, dan peningkatan intensitas kontestasi geoekonomi yang mengancam proses pemulihan dan realisasi potensi pertumbuhan ekonomi global pasca Pandemi Covid-19.

Saat ini, dunia sedang melihat kompetisi hegemoni yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kompetisi tersebut tercermin salah satunya dari sektor ekonomi. Saat ini, Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat masih menjadi nomor satu di dunia. Tiongkok mengejar di peringkat kedua dengan laju pertumbuhan yang cukup masif. Kedua negara juga berlomba-lomba memperkuat pengaruhnya melalui berbagai institusi internasional.

Untuk mengatasi kompetisi hegemoni itu, semua negara harus mengandalkan identitasnya, harus mengandalkan kebangsaannya, ujar Andi Widjajanto. Ia mengatakan bahwa di Lemhannas RI, kebangsaan yang diandalkan adalah pancasila dan turut mendalami empat konsensus dasar, yakni pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Atas dasar tersebut, Lemhannas RI berusaha mencari tahu Posisi Indonesia di mata dunia jika memakai identitas pancasila. Posisi Indonesia dicari tahu dengan membandingkan indeks-indeks yang ada pada pancasila. Saat indeks-indeks pancasila tersebut dikaji, ditemukan bahwa indeks terbaik Indonesia ada di sila ke-4 tentang demokrasi. Sedangkan indeks terburuknya ada pada sila pertama karena dua variabel, yakni hambatan beragama dan kebencian sosial karena faktor agama yang tinggi.

Setelah sila pertama, masalah selanjutnya adalah tentang keadilan sosial. Pada sila ke-2 tentang indeks pembangunan manusia, skor Indonesia masih dibawah rata-rata global karena terpantau pada proyeksi lama sekolah. Lalu pada sila ke-3 tentang persatuan Indonesia, Indonesia sudah masuk dalam kategori rentan. Nilai agregat Indonesia berada di papan tengah dengan tujuh indikator yang lebih buruk dari rata-rata global.

Kelemahan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, sektor keamanan meliputi perangkat hankam dan disintegrasi. Kedua, sektor politik yang mencakup HAM dan rule of law serta faksionalisasi elite. yang ketiga adalah sektor pembangunan manusia yang melingkupi pemenuhan kebutuhan dasar, tekanan demografi, dan brain drain. Penangkalan risiko dan pembangunan di tiga sektor utama ini dinilai menjadi modalitas utama untuk menjaga stabilitas dan persatuan nasional.

Melihat posisi Indonesia di beberapa topik utama tersebut, diharapkan Indonesia akan menciptakan terobosan ke depan. Indonesia diyakini akan melompat signifikan jika bisa melakukan transformasi digital, transisi energi, dan membangun maritim.

Mengakhiri paparannya, Andi Widjajanto berharap kepada para peserta kuliah umum UMSU agar bisa meyakinkan para mahasiswa untuk menyiapkan banyak hal supaya Indonesia bisa melompat signifikan dari nomor 16 menjadi nomor 4 ekonomi dunia. (SP/BIA)

">

Beri Kuliah Umum Usai Penandatangan Nota Kesepahaman Dengan UMSU, Gubernur Lemhannas RI Bicara Identitas Kebangsaan

Berita & Artikel Rabu, 23 Agustus 2023, 07:14

Tag