Sri Sultan Hamengku Buwono X: Keberagaman adalah Anugrah dari Sang Adikodrati

Berita & Artikel Rabu, 29 Mei 2024, 06:22

Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan kuliah umum kepada peserta PPRA 66 dan PPRA 67 Lemhannas RI bertempat di Auditorium Gadjah Mada pada Rabu (29/5). Kami tahu bahwa kondisi global sudah berubah, jadi tantangan sudah berubah. Jadi harus punya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan tantangan yang ada, ujar Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X memulai materinya.

Pada kuliah umum yang mengangkat tema Konsepsi Wawasan Nusantara untuk Mencegah Politik Identitas, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan bahwa keberagaman merupakan konsep Tuhan dalam misteri penciptaan alam semesta. Keberagaman merupakan realita yang terjadi atas kehendak Sang Adikodrati, ujar Sri Sultan Hamengku Buwono X. Oleh karena itu, lanjut Sri Sultan Hamengku Buwono X, jika menentang realitas keberagaman sesungguhnya adalah melawan kehendak Sang Adikodrati.

Saat membicarakan sebuah negara, maka keberagaman adalah sebuah keniscayaan yang sudah sepatutnya dihargai dan disyukuri. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dengan keniscayaan keberagaman, ucap Sri Sultan Hamengku Buwono X. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia di antaranya tercermin dari bahasa, agama dan kepercayaan, dan budaya.

Lebih lanjut, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan bahwa Stan Takdir Alisjahbana (1956) dalam buku Sedjarah Bahasa Indonesia menyatakan bahwa bahasa Melayu memiliki kekuatan untuk merangkul kepentingan bersama yang dapat digunakan di seluruh wilayah Nusantara. Bahkan bahasa Melayu menjadi bahasa resmi kedua yang digunakan untuk komunikasi korespondensi dengan orang lokal pada era pemerintahan Hindia Belanda.

Selain aspek Bahasa, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga memandang agama dan kepercayaan sebagai salah satu aspek penting keberagaman Indonesia. Menurut Ernst Cassirer (1946), agama memberikan manusia kesatuan merasa. Terkait budaya, sejarah menunjukkan bahwa proses integrasi berbagai budaya merupakan keniscayaan dalam sejarah Nusantara. Bhinneka Tunggal Ika jangan hanya dijadikan mitos, tetapi hendaknya dijadikan etos bangsa untuk memperkokoh kebangsaan di tengah tarikan globalisasi budaya, tutur Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Oleh karena itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X menekankan bahwa akan sangat baik jika keberagaman terjalin dalam serat-serat yang saling menguatkan. Dengan demikian suatu resiprokalitas keberagaman yang kaya akan tercipta. Sehingga bangsa Indonesia bukan hanya hidup lebih rukun dengan kepekaan akan hak-kewajiban individual-sosial yang lebih tinggi. Namun, dalam konteks keberagaman, bangsa Indonesia juga akan sanggup melaksanakan rencana-rencana pembangunan dengan sesedikit mungkin distorsi, saling curiga, dan kesalahmengertian.

Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X, sudah sepatutnya bangsa Indonesia mensyukuri karunia keberagaman yang diberikan Tuhan yang Maha Esa dengan merawat persatuan dalam keberagaman sebagai suatu nikmat dan kekayaan. Merawat yang dimaksud mengandung makna proaktif melakukan upaya serta menjaga agar lestari (merawat dalam arti preserving), tetap sehat sehingga rasa persatuan kita tidak sakit (merawat dalam arti nursing), serta agar persatuan kita terus tumbuh dan berkembang (merawat dalam arti nurturing).

Saya yakin, dengan kerja bersama, kita akan mampu menghadapi tantangan masa depan, mencapai prestasi bangsa, Indonesia maju yang gemilang, pungkas Sri Sultan Hamengku Buwono X. (NA/CHP)


Tag

Berita Lainnya