Peserta P3N 25 Laporkan Hasil Studi Strategis Luar Negeri
News & Article Tuesday, 19 August 2025, 09:00Setelah beberapa hari melaksanakan kegiatan Studi Strategis Luar Negeri (SSLN), seluruh peserta P3N 25 melaporkan hasilnya kepada Gubernur Lemhannas RI Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si. Laporan tersebut dilaksanakan bertempat di Auditorium Gadjah Mada, pada Selasa (19/8).
Paparan pertama disampaikan oleh kelompok Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pemapar menyampaikan, hubungan bilateral Indonesia dan RRT bersifat kompleks dan asimetris yang menggabungkan kerja sama ekonomi yang erat dengan ketegangan geopolitik, terutama terkait Laut China Selatan (LCS) dan dominasi ekspor-impor yang merugikan industrialisasi Indonesia. Disampaikan juga oleh pemapar posisi strategis Indonesia yang memiliki pasar besar dan kekayaan alam mendukung potensi untuk bekerja sama dengan Tiongkok. Namun, rivalitas Amerika Serikat-Tiongkok, defisit perdagangan, banjir impor, resistensi publik terhadap tenaga kerja asing (TKA), dan aktivitas militer Tiongkok di LCS masih menjadi hambatan utama.
Sejalan dengan hal tersebut, rekomendasi yang disampaikan pemapar kelompok RRT di antaranya, memperkuat diplomasi maritim di forum ASEAN dan PBB untuk mengamankan kepentingan Indonesia di LCS dengan tetap menjaga prinsip politik luar negeri bebas aktif, memperluas program pertukaran pelajar, beasiswa dan magang industri di sektor teknologi, energi terbarukan dan digital untuk mengurangi kesenjangan keterampilan, mengembangkan skema green investment dengan Tiongkok untuk proyek energi bersih, industri hijau dan teknologi ramah lingkungan, memperkuat kerja sama keamanan maritim non-militer dengan Tiongkok seperti patma untuk memerangi illegal fishing dan penyelundupan tanpa membentuk aliansi militer formal, mengantisipasi potensi ancaman cyber espionage yang dapat muncul melalui kerja sama teknologi dengan Cina, dan lainnya.
Paparan selanjutnya disampaikan kelompok Vietnam yang mengangkat judul “Penguatan Diplomasi Indonesia-Vietnam di Berbagai Aspek Panca Gatra Guna Meningkatkan Daya Saing Global Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Nasional”. Pemapar menyampaikan, dari hubungan diplomasi Indonesia dan Vietnam, kelompoknya menyoroti adanya beberapa peluang, di antaranya sinergi di LCS, patroli dan keamanan laut, Vietnam merupakan negara dengan basis manufaktur sedangkan Indonesia memiliki pasar besar yang mampu menciptakan peluang investasi silang, pertukaran pelajar, diplomasi budaya, serta kolaborasi isu iklim, digital dan reformasi internasional.
Dibalik adanya peluang tersebut, adapun tantangan yang harus dihadapi, yakni persaingan investasi dan industri (kompetitor langsung), sengketa zona ekonomi eksklusif (ZEE) di Natuna, ketimpangan perdagangan, dan isu lingkungan dari proyek industri dan infrastruktur. Sejalan dengan peluang dan tantangan tersebut, pemapar kelompok Vietnam menyampaikan beberapa rekomendasi, di antaranya adalah menyepakati code of conduct untuk tidak melakukan kampanye atau propaganda yang dapat memengaruhi kestabilan ideologi negara mitra, kajian strategis luar negeri jangka panjang antara Indonesia dan Vietnam, pelatihan vokasi link and match mendukung industri bernilai tambah, mengadakan festival budaya Indonesia di Vietnam dalam rangka promosi pariwisata, penanganan kejahatan narkotika, dan lainnya.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Kelompok Filipina yang mengangkat judul “Membangun Kemitraan Strategis Indonesia-Filipina Guna Stabilitas Maritim, Ketahanan Ekonomi, dan Daya Saing Nasional di Era Dinamika Global”. Pemapar menyampaikan hubungan diplomasi antara Indonesia dan Filipina terjalin karena kedekatan geografis dan keterhubungan jalur maritim, potensi ekonomi yang saling melengkapi, serta kolaborasi dalam inovasi teknologi, pendidikan, dan budaya.
Pemapar kelompok Filipina menyampaikan beberapa rekomendasi, di antaranya perlu meningkatan patroli bersama dan pertukaran intelijen untuk memperkuat keamanan maritim di wilayah perbatasan, menguatkan kerangka hukum bilateral untuk memastikan kepastian hukum dan efektivitas kerja sama maritim, mengembangkan pusat riset bersama di bidang maritim dan energi terbarukan yang berpotensi menjadi motor penggerak inovasi dan peningkatan daya saing kawasan, melakukan diversifikasi perdagangan dan investasi untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tradisional dan membuka peluang di sektor-sektor unggulan baru, serta penguatan diplomasi ekonomi berbasis inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi global.
Setelah ketiga kelompok SSLN memaparkan laporannya, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan apresiasinya kepada semua kelompok. Gubernur Lemhannas RI berharap peserta dapat mempelajari hal-hal yang ada di negara yang dikunjungi dari perspektif ketahanan nasionalnya, seperti aspek ideologi dan politik dengan negara Tiongkok.
Gubernur Lemhannas RI berpesan kepada peserta untuk belajar dari negara Tiongkok yang akan diramalkan menjadi ekonomi nomor satu dunia juga dari negara Vietnam yang memiliki PDB hampir menyamai Indonesia dinilai sangat cepat melakukan recovery ekonomi setelah mengalami porak poranda pada tahun 1970-an.
“Walaupun kecenderungan dari geopolitik global saat ini ke arah persaingan antar negara atau realis, tapi saya kira kita tetap dengan paradigma hubungan luar negeri bebas aktif harus tetap menjadi suatu pedoman untuk bisa memastikan berlandaskan konstitusi bebas aktif dan yang penting sejauh mana memiliki keuntungan bagi kepentingan nasional kita,” ujar Gubernur Lemhannas RI. Gubernur Lemhannas RI juga berpesan dengan melihat lanskap geopolitik global saat ini, peserta P3N 25 dapat belajar dari kasus masing-masing negara besar untuk mengetahui situasi yang Indonesia harus lakukan.
“Semoga kunjungan SSLN ini bukan hanya menjadi tradisi Lemhannas RI, tapi juga bisa belajar dari negara lain dan dengan belajar tersebut dapat mendorong kemajuan Indonesia khususnya kepada Bapak/Ibu yang akan menjadi pemimpin nasional,” pungkas Gubernur Lemhannas RI. (SP/CHP)